Mujar MS
Hikayat Prang Atjeh
Teuku Umar Johan Pahlawan
Diterbitkan oleh
Toko Buku RATA
Jaln. Teuku Cut Ali Banda Aceh
Isi Buku
N0 Halaman
1. Isi Buku i
2. Muqaddimah ii
3. Salam Penyusun 1
4. Kata pembukaan 2
5. Kisah pertama 3
6. Kata penutup 27
******* oo 0 oo *******
Sangat pemberani Umar Pahlawan
Pimpinan pasukan membela negara
Di Ujong Kalak kehendak Tuhan
Syahid Pahlawan pada akhir masa
Salam Penyusun
(sekapur sirih)
Allahu Allah Allahu Rabbi
Syukur dengan puji kepada Tuhan yang Esa
Salawat salam siseun saya beri
Kepada Nabi saidil ambia
Salam sejahtera saya iringi
Akan insan suku sebangsa
Haba(hikayat) lama perjelas kembali
Sejarah lama pada suatu masa
Sejarah lama saya cerita
Kisah tragedi Aceh mulia
Masa perang Aceh sahih berdalil
Pahlawan suci Umar perkasa
Obat pikiran ketika sunyi
ketika sepi untuk penawar
jangan sampai lupa satu tragedi
sejarah negeri zaman Belanda
Kembalikan ingat riwayat suci
Kita ulang kaji sejarah bangsa
Kisah pejuang cukup sejati
Dalam perang sabil membela agama
Sampai di sini sekedar kisah mulaan
Pulang ke abi serta bunda
Kalam permulaan pada saya wahai saudara
Pengarang seni Keuluang Jaya
Mujar Ms
Halama 1
Kisah Permulaan
Syukur dengan puji kepada Allah
Dengan bismillah saya mulai kisah
Selawat salam kepada Rasulullah
Utusan Allah Nabi mulia
Amma bakdu saudara yang berbahagia
Saya berkisah satu ceritra
Dao saya mohon kepada Allah
Menyusun naskah supaya sempurna
Gunung Geurutee tinggi sekali
Tekungan patah jalan sebelah Daya
Zaman dahulu masa penjajah
Dalam sejarah perang dengan Belanda
Seorang panglima paling terkenal
Lagi tampan dengan bijaksana
Pada masa perang Aceh cukup terkenal
Cukup berani membela bangsa
Mempertahan negeri menghalau penjajah
Serambi Mekah jangan dikuasai orang
Jangan sampai kafir yang memerintah
Agama Allah jangan diganggu
Halaman 2
Permulaan Kisah
Allhadulillah puji kepada Tuhan
Saya buka kalam jalan ceritra
Bait saya tata reka mengarang
Pertama tentang awal ceritra
Dalam Lhok Rigaih pada suatu malam
Tiba kapal barang dari Eropa
Menurunka sauh di pelabuhan
Pada malam itu sangatlah besar
Bendera biru bertabur bintang
Tanda bangsaan Britania Raya
Memang kala Inggris cukuplah terang
Penuh di dalam barang niaga
Saudagar Aceh sangatlah senang
Pada malam itu bersuka ria
Lewat pintu kapal masuk ke dalam
Riuh tiada tara di sana berpesta
Banyak tokoh ke sana datang
Turut serta dengan syahbandar
Semalam suntuk sibuk tiada tara
Berpiasan berhura-hura
Kapten kapal lemah pikiran
Orang di dalam disuruh keluar segera
jangan lagi berpesta sini dilama
Hai tuan-tuan harus tahu bahasa
Halaman 3
Kami ke sini jauh tiada tara
Arung gelombang dalam laut raya
Niat dalam hati sampai ke tujuan
Mengantar barang tukar dengan lada
Bukan kami ke sini datang
Bukan tempat tuan berhura-hura
Mengapa di sini lain sekali reusam
Mengadakan piasan pada harta orang
Turunlah secara cepat
Sebelum saya pukul ke dalam mata
Bukan kapal kami tempat bersenang
Berhenti segera jangan keras kepala
Begitulah keluar kata-kata yang keras dan kaku
Kasar tiada mengeluarkan kata-kata
Dengan logat Inggris tiadalah jelas
Bercampur ragam dengan bahasa Jawa
Semua orang Aceh yang ada di dalam
Panas tiada tara hati berguncang
Tak sanggup mengendalikan emosi datang
Pada waktu itu kacau pun datang
Kapten kapal cukuplah tegang
Pada waktu itu dia berdebat
Dengan syahbandar dia melawan
Bahasa campuran tiada karuan
Halaman 4
Si kulit putih Inggris bangsawan
Berguncang badan merah dengan muka
Marah sekali si hudung panjang
Seolah-olah redeum ban mata
Waktu itu segera kacau tiada tara
Berbagai macam riuh menggema
Semua orang Aceh marah taida tara
Langsung menentang si biru mata
Cuma syahbandar gelap pikiran
Pada waktu itu silap pun datang
Rencong di pinggang dikeluarkan segera
Tusuk dalam badan kafir celaka
Di ujung pohon rambung sarang burung gang
Di ujung pohon mangga sarang burung cem pala
Tiwah kapten dalam kapal barang
Tida segera sampai kepada panglima
Teuku Umar Johan Pahlawan
Pada waktu itu ke sana datang
orang terkejut takut tiada tara
pada waktu itu pucat air muka
halaman 5
dalam orang ramai masuk segera
mata memandang dengan syahbandar
geleng kepala Umar Pahlawan
air mata jatuh berhamburan
apakah kita sekarang sudah gila
hai tuantuan semua anak bangsa
mengapa begini bisa kejadian
peutiwah lawan belum pada masanya
sekarang kita tiada lagi aman
dengan kejadian begini rupa
penyakit kita beli mempertali utang
besok datang siapa yang datang menagih
maafkan saya Apun segera
sungguh saya tiada sengaja
tak sanggup saya tahan panas dalam badan
gelap pikiran kilaf pun datang
begitu syahbadar menjelaskan
pada pahlawan Umar Perkasa
sangatlah malu pada waktu itu
pucat air roman lutut bergoncang
Begitulah sifat Umar Pahlawan
Ditakuti lawan musuh Belanda
Bagi orang negeri sangat segan
Begitu pahlawan penuh wibawa
Halaman 6
Setelah itu Umar Pahlawan
Minta kerelaan dan izin merata
Terpaksa sekrang sore ini segera
Saya tinggalkan tuan saudara semua
Saya tinggalkan Rigaih sekarang juga
Sebelum datang bencana
Sebab di Inggris tentu sudah jelas
Minta bantuan dari Belanda
Sungguh di sini tiada lagi aman
Dengan kejadian dalam kapal raya
Kemudian syahbandar menyahut segera
Kami semua ikut serta
Kami ikut turut pahlawan
Sama berjuang bela agama
Biar di rimba sengsara badan
Bawalah serta dengan panglima
Kalau sungguh bulat tekat semua tuan
Dalam perjuangan membela negara
Kita butuh banyak perbekalan
Dalam pertahanan di dalam rimba
Naik dalam kapal ambil semua barang
Untuk persiapan kita semua
Kalau sudah habis tiada lagi barang
Kapal biarlah karam biar tidak tampak tanda
Halaman 7
Selain membawa perbekalan
Membawa serta satu orang wanita
Perempuan buleek cantik rupanya
Perempuan tawanan dalam kapal raya
Perempuan Eropa wajah menawan
Rambutnya piran matanya biru
Sangatlah cantik putri rupawan
Cantik tiada tara dengan air wajah
Orang Inggris pada waktu itu
Kepala pening buta pikiran
Semua pelosok mengirim utusan
Semua kawasan menyuruh memata-matai
Melihat ke langit awan berkalang
Angin selatan jarang pun datang
Bangsa Belanda marah tiada tara
Mengirim pasukan ke sana datang
Gampong Rigaih mau diserang
Orang di dalam satu pun tiada lagi
Semua isi negeri ikut serta
Bersama Pahlawan ke dalam rimba
Pada waktu itu Inggris tampak pikiran
Lalu mengadakan segala sayembara
Ke dalam kampung dukun dengan pasar
Memberi utusan dengan segera
Halaman 8
Menyuruh sampaikan semua pengumuman
Pada penerangan orang Belanda
Siapa berani mengambil kembali putri
Dalam tawanan di dalam rimba
Yang ada saat ini dalam sekapan
Umar Pahlawan yang sangat perkasa
Berbulan-bulan siseuen menyelang
Satu pun insan tiada suara
Tiada yang memperlihatkan Umar Pahlawan
Biarpun sumbangan sangatlah besar
Perempuanbuleek tetap dalam tawanan
Dengan pasukan Aceh mulia
Hingga dua tahun langsung berselang
Perempuan Buleek dikembalikan lagi
Bangsa Inggris senang sekali
Karena perempuan itu sedikit pun tiadacacat
Perempuan buleek itu lantas menjelaskan
Dalam tawanan tidak pernah sengsara
Sangat agung jiwa pahlawan
Tiada bandingan hati mulia
Maaf saudaraku tang long gemilang
Bait karangan sedikit saya tukar
Saya ganti ujung supaya lebih garang
Sepaya enak dibaca
Halaman 9
Air besar berlimpah dalam sungai Lambeuso
Jalan pulang pergi Kampung Kuala
Istana Sulta di pusat negeri
Sudah jatuh ke tangan orang Belanda
Sultan pindah dari mahligai
Tiada lagi berkumpul di Kutaraja
Panglima Polem alim tiada tara
Setiap hari lawan Belanda
Teuku Umar terus mendekat
Jurang berbanjar tiada dikira
Pertama dari Rigaih hingga sampai
Dalam hutan Lamno pucuk sungai Gapa
Lewat sana ia turun atas gunung Jantho
Hingga sampai ke Kutaraja
Panglima Polem lalu berkumpul
Pahlawan nanggroe dengan Teuku Umar
Membuat peperangan setiap segi
Di sana sini di dalam kuta
Istana sultan yang sudah dalam tangan
Sikafir pindoe yang tiada beragama
Meletus perang siang dan malam
Di dalam negeri tiada reda
Senjata kafir canggih tiada tara
Tiada sama budi dengan Teuku Umar
Halaman 10
Sudah tujoh bulan hitung hampir sampai
Tetap mahligai kafir kuasa
Pasukan Aceh surut dalam negeri
Kembali pulang ke dalam rimba
Sampai terkena hujan bertali
Air sungai Meureubo melimpah keluar
Tahun 1876 Belanda pindoe
Di pasang besi untuk jalan kereta api
Rel kereta api megah tiada tara
Jalan pulang pergi ke Kutaraja
Dari Ulee Leheu tentara dimasukkan
Ke sini dibawa ke dalam Kuta
Tahun 1885 sampai ke Lambaro
besi datur jalan kereta
pasukan Aceh sudah bercerai berai
tiada lagi bersatu di Kutaraja
Pada waktu itu bertambah kacau
Pahlan negeri dengan tiba-tiba
Teuku Umar yang tiada terkira
Sudah bersatu dengan Belanda
Jatuh semangat semua pejuang negeri
bergoncang daging rakyat semua
Panglima Polem sedih tiada tara
Terduduk di sagi keluar air mata
Halaman 11
Semua pasukan hati tertampi
Waktu mendengar begitu berita
Ada yang tertuduk di pojok
Ada juga yang menangis bengkak dengan mata
Jalan berlapis atas gunung Paroe
Jalan pulang pergi ke Kuta Banda
Kawum Belanda senang tiada tara
Enak perasaan si mata Biru
Sebab Umar yang sangat berani
Sekarang bersatu dengan Belanda
Diserahkan bedil di tangan
Berbagai jenis alat senjata
Semua alat canggih yang dibawa dari negeri
Diberi ke tangan Umar perkasa
Disuruh perang bangsa yang ada dalam negeri
Pertahankan mahligai istana raya
Sekali lagi kisah saya potong di sini
Singkat kisah ini saya ceritra
Jangan panjang sekali kisah bertali
Asal bersatu kisah ceritra
Krue semangat rahmat Ilahi
Langsung saya rawi sambungan kisah
Sudah ada beberapa lama selama dikisah
Pahlawan negeri berbalik pula
Halaman 12
Teuku Umarberbalik kembali
Membela negeri nusa dan bangsa
1896 pada tahun masehi
Kisah abadi kembali lagi panglima
20 maret nyata kembali
Hari itu bukti sejarah bangsa
Pahlawan negeri yang sangat sejati
Pahlawan suci membela agama
Ke dalam rima lalu kembali
Bersama istri yang sangat dicintai
Dengan Cut Nyak Din seorang srikandi
Sangat serasi mempertahankan negara
Senjata dari kafir lalu dibagikan
Kepada orang ahli perang membela bangsa
Dengan Nyak Muhammad mengikat janji
Serta lagi Husen Lung Bata
3 mukim Lambaro bersatu kembali
Bertambah lagi semua rakyat
Rakyat dari Lam Pue bercampur serta
Ikut selalu membela negara
Teuku Cut Tungkop melanjutkan lagi
yang lain lagi beribu semua
semua rakyat Acehbangun kembali
mengikat janji ikrar setia
halaman 13
pergi ke Meulaboh istirahat di Keuluang
Lihat burung walet pulang ke gua
Wahai saudara ku perempuan dan laki-laki
Bait tulisan saya ubah lagi
Sangatlah malang sayang tiada tara
Istana sultan masih diganggu orang
Panglima Polem tidak mau serta
Umar pahlawan tidak mau dipercaya
Setiap sagi Aceh pada waktu itu berperang
Semua rakyat melawan kafir Belanda
Panglima Polem dengan pasukan
Dalam persembunyian di Gunung Raba
Sultan Aceh Aceh di situ serta
dengan angkatan semua bala tentara
kafir penjajah sangatlah kejam
diusir sultan dalam istana
Teuku Umar pimpinan pasukan
Kafir diserang setiap saat
Tidak cukup lagi kepala hampir gila pening
Kafir waktu itu tidak sampai menduga
Banyak sekali mati kafir dalam perang
Banyak sekali korban tidak sanggup lagi hitung
Tidak sanggup lagi hitung meukaheung badan
Terkena senapan Umar perkasa
Halaman 14
Kampung Cina di Ranto Calang
Kampung Lam Asan di Lamno Jaya
Saya coba ubah lain wahai handai taulan
Ujung baitan yang lain pula
Atas Glee Kapai kayu besar batang
Cabangnya rampak di sekeliling
Pasukan Umar akhirnya nyata
Membuat tempat benteng perkasa
Di Aneuk galong di situ tempat
Benteng besar sekali di sana dibangun
Di dalam benteng mengatur siasat
Serangan kilat depan istana
Tentara penjajahbertambah marah
Menyuruh kirim alat dari pulau Jawa
Seorang panglima yang besar pangkat
Ahli siasat hebat sekali
Jenderal Vutter namanya nyata
Sangat hebat dalam perang gerilya
Dari situ bermula langsung sangat dahsyat
Perang cukup berat di Aceh Raya
Dari Cot Reung sangatlah hebat
Lam Barih dahsyat perang tiada reda
Lamcot Seuneulop berkalang asap
Belanda jahat menyiksa orang
Halaman 15
Aneuk Galong dikepung nyata
Langit tampak pucat asap berhamburan
28 Juni dalilnya tepat
1896 tahun yang nyata
Perang Aneuk Galong yang sangat hebat
Nyak cukup dahsyat sejarah bangsa
800 pucuk senjata dipegang
Pasukan Aceh hebat mulia
Tetapi Belanda lebih hebat sekali
Sangatlah lengkap berbagai rupa
131sendiri di sana
Berganjal jasad syuhada bangsa
Di dalam rumput selintang meuhat
Bertindidh jasad para syuhada
Pasukan Aceh sangat melarat
Kafir sang kilat sangatlah kejam
Mayat bertabur setiap tempat
Di sana tempat tempat pejuang bangsa
Sangat pedih waktu teringat
Setiap sagi tempat mayat terlentang
Teuku Umar tidak jatuh semangat
Pikiran bulan seperti baja
Keringat di badan berkilau-kilau
Mengangkat bedil dengan semua rakyat
Halaman 16
Sejengkal tanah dipertahankan
Walau melarat disurut tiada
Kafir Belanda korban cukup berat
pasukan banyak sekali di sana binasa
tidak sanggup lagi hitung berganjal jasad
si kafir laknat keluar mata
terkena di tengkuk pecah kepala
berhamburan otak keluar
yang terkena di punggung selintang tepat
di situ berputar nyawa keluar
yang terkena di perut keluar semua urat
kafir sangkilat menjerit-jerit
Allah Akbar Umar berkata
Puji Hazarat yang Maha Esa
Bertambah berani dengan serta merta
Kembali semangat luar biasa
Pasukan Umar samag dengan rakyat
Panas berasap di dalam dada
Perang melawan kafir semakin meningkat
Bertambah dahsyat dari yang sudah
Ramai ketika gelap di Kota Langkat
Hari ahat di Lamno Jaya
Panglima Polem sangatlah sayang
Tidak mau berkumpul dengan Teuku Umar
Halaman 17
Pada waktu itu Umar merubah siasat
Tidak lagi mengejar melawan Belanda
sebab musuh sedang lagi kuat
berhenti sebentar semua pasukan
wahai saudara kawum sejawat
bait tersurat saya balik lain
jangan sampai bosan rakan dan sahabat
itulah seba saya ubah kemudian
Allahdulillah limpah pujian
Yang menjadikan alam langit dan bumi
Orang Belanda sangatlah paham
Hajat pahlawan tahu rahasia
Empat penjuru bangun pasukan
setiap simpang di bangun tentara
Banyak sekali korban rakyat pada waktu itu
syahid meukuyan pejuang bangsa
sangat biadab rakyat semua diperang
begitulah kejam siputih mata
orang tiada salah juga disamakan
tiada disayang sebelah mata
meninggalkan Sibreh sahih waktu itu
Bawa lari pasukan ke dalam rimba
Sebagian dalam kawah menyelamatkan badan
Sebagian lari ke sawah berenang di rawa
Halaman 18
Ada juga sebagian yang ditawan
Dalam tahanan ke sana semua dibawa
Ada juga yang sedang lari langsung meutimphan
Jatuh badan terkena senjata
Ada yang jatuh di dalam sawah
Ada yang di jalan jatuh korban
Ada yang di dalam rawa putus terpotong-potong
Terkena klewang kafir Belanda
Yang masih tinggal dengan Pahlawan
Semua pasukan yang setia
Ke kampung Lamteh ke sana datang
Atur pasukan di pinggir rimba
Di kampung Lamteh rintis pasukan
tegakkan barisisan semua bala tentara
tetapi waktu itu paling sial
karena diketahui oleh Belanda
ke kampung Lamteh kirim pasukan
dengan bermacam alat senjata
bulan Agustus jatuh bilangan
tempat itu menurut kisah
1897 meletus dalam perang
Dengan iringan semua mata-mata
Pasukan Aceh menunggu di sana
Dengan pimpinan Umar perkasa
Halaman 19
Jalan kelililing tebing dengan jurang
Di sana Phlawan memimpin tentara
Di sana kafir mati meukuyan
Sebab serangan dengan tiba-tiba
Satu-satu dipancung meutimphan
Dengan klewang yang tajam mata
Satu pun tiada ampung semua dicincang
Seperti membunuh babi rimba
Ada satu orang kafir sangat tampan
Tubuhnya tinggi gagah perkasa
Orangnya tampan rambutnya pirang
Besar badannya kelabu mata
Dia mau lari ke dalam jurang
Namun Pahlawan menghalang lanja
Hai anjing buleek kembali ke sini
Saya kamu lawan kalau kamu berani
Mencabut rencong langsung menghujam
Sangat garang Umar Perkasa
Tetapi sibuleek sangatlah paham
Badannya melinggang rencong berputar
Menarik langkah gagah tiada tara
Langsung menyerang tubuh Panglima
Kowe Extimeest wahai beruang
Begitu ia katakan pada Panglima
Halaman 20
Umar marah tiada tara
Rencang dipaku terkena di dada
Di sini terguling si kafir rambut pirang
Di sana terjatuh memanggil ibu
Pasukan Aceh sangat senang
sangat senang hati gembira
semangat jiwa dengan kemenangan
semua pasukan bersuka ria
ular mengeluarkan sarung di kampung Rigaih
Titi sudah patah di pantai Purba
Panglima negeri langsung perintah
Lamteh kita simpan kita akan pergi
Sebab Belanda akan sampai langkah
Pasukan dikerah ke sini datang
Itulah sebab kita tinggalkan segera
Kita hijrah ke dalam rimba
Malam bergati hari berubah
Kalau lapar dengan haus tiada dikira
Pertama anak gunug masuk dalam culah
Mengayun langgkah ke dalam rimba
Karang bercula dalam rimba Allah
Mencari cara jalan dicari
Habis diarung lorong dengan sungai
Harimau dengan gajah tiada dihirau
Halaman 21
Berpulu-puluh gunung masuk jelajah
Dengan susah payah pagi dengan senja
Hujan dengan badai sampai selamat
Tentara dituntun oleh Panglima
Hangga waktunya Pahlawan gagah
Jalan batu terbuka pucuk sungai Raba
Dengan tiba-tiba perang meletus lagi
Tentara penjajah ke sana tiba
Di dalam rimba berenang darah
Pasukan jatuh bertubi-tubi
Begitu juga kafir penjajah
Tentara jatuh tewas bertubi
Setelah itu dalam sejarah
Di dalam kisah perang membela bangsa
Ke Pidie dalil yang jelas
Ke sana sangat sah pasukan datang
Ke negeri Tiro berkumpul cepat
Dengan seorang alim ulama
Teungku Chik Ditiro seorang yang gagah
Lawan penjajah kafir Belanda
Wahai saudar perempuan dan laki-laki
Bait tulisan saya ubah pula
Tida saya potong ujung karangan
Tetap sambungan menurut kisah
Halaman 22
Jalan cerita tidak saya pangkas
Bukan saya memperpendek kisah
Tetapi buhu sedikit berubah
Supaya bacaan bertambah seru
Siasat Umar licik tiada tara
Belanda pening sakit kepala
Sudah lama waktu berselang
Umar Pahlawan tidak didapat
Pihak Belanda sudah banyak korban
Mati pasuk tidak sanggup lagi dihitung
Apalagi senjata alat dalam perang
Dibawa lari serta oleh Teuku Umar
Banyak sekali rugi segi keuangan
Dalam pemerintahan Hindia Belanda
Uang kas negera banyak sekali korban
Biaya perang di Aceh Raya
Lalu Belanda merancang cara
Supaya lemah lawan dicari cara
Pejuang Aceh ditutup hubungan
Tali ikatan dengan negeri luar
Semua ke Pidie dikerah pasukan
Berbagai macam jenis senjata
Dibangun benteng kokoh tiada tara
Lengkap barisan pasukan kuda
Halaman 23
Di luar benteng atur meriam
Berbagai macan ke sana tiba
Waktu meletus riuh tiada tara
Langit berkalang asap membumbung
Pasukan Umar pada waktu itu lari kembali ke dalam rimba
Sebab di Pidie posisi goyang
Setiap hari Tuhan serangan datang
Ke dalam rimba membawa pasukan
Umar Pahlawan langsung berangkat
Tentara marsose selalu menghadang
Umar pada waktu itu cukup sengsara
JB van Heutsz yang memegang pimpinan
sangat ahli perang dari Belanda
sangat pandai memainkan klewang
orang dicencang tidak sanggkup kita hitung
sampai ke Gayo Umar berjalan
dengan pasukan yang seadanya
habis raja Cut dalam kerajaan
berdamai segera dengan Belanda
Tetapi Umar Johan Pahlawan
Sangatlah pantang mengkhianati bangsa
Walau melarat tetap berjuang
Di jalan Tuhan membela Agama (bangsa)
Halaman 24
Di Lhok Seumawe Pantai Ujung Blang
Aceh Selatan Ujung Serangga
Huruf lain gati sekali lagi saudara
Ujung babakan hampir tamat kisah
Kemudian akhir sampai tiba langkah
Ke sana wilayah Meulaboh Raya
Di Ujong Kalak di sana Allah menggerak
Panglima gagah terkena senjata
Di sana di hutun terlentang jatuh
daun rumpun merah saksi nyata
badan Panglima ratanya basah
berenang darah di dalam rimba
wahai saudara saudara yang berbahagia
saya kamu simpan jangan lagi diingat
sambung berjuang pantang menyerah
Serambi Mekkah tetap kamu jaga
Kepada handai taulan saya mohon maaf
Mungkin ada salah suatu dosa
Sampaikan salam saya ke setiap wilayah
Yang saya simpan selama-lama
Sudah sampai waktu saya kembali kepada Allah
Sampaikan segera kepada handai taulan semua
Sudah sampai di sini janji dari Allah
Bagaimana saya katakan sudah sampai masa
Halaman 25
Kata-kata terakhir Pahlawan gagah
Waktu itu jatuh keluar dengan mata
Semua pasukan mukanya basah
Yang mengalir darah di dalam dada
Tubuh Panglima langsung dituntun
Mencari cara segera membawa lari
Walau di belakang ribut sekali
Kafir penjajah mengejar terus
Teuku Umar sangat megah sekali
di sana tewas pada akhir masa
tujuh kuburan yang jelas dikatakan
di dalam kisah perjuangan bangsa
di sana dibangun oleh pemerintah
mengenang kisah Umar Perkasa
satu tugu bentuk kopiah
lambang sejarah untuk anak bangsa
halaman 26
Kata Penutup
Beribu puji kepada Tuhan
Berlimpah pujian tidak terhingga
Diberi syafaat enak dengan badan
Tamat karan satu ceritra
Kembali kepada saudara handai taulan
Isi di dalam sejarah bangsa
Sebuah kisah pada masa silam
Seorang pahlawan membela agama
Beri kritik, saran dan kesan
Kepada saya yang tulis ceritra
Saya sadari isi karangan
Sangatlah kurang belum sempurna
Menulis hikayat yang permulaan
Inilah tulisan yang pertama
Kisah saya susun saya kumpulkan segera
Dari cerita orang tua-tua
Hampai di sini wahai muda sedang
Akhir karangan saya tutup kisah
Kalau ada umur diberi oleh Tuhan
Lain karangan bertemu pula
Banda Aceh, 2003
Wassalam pengarang
MUJAR MS
Lailatul Qadar
8 tahun yang lalu